
di ambil dari tulisan http://dwiastuti44.abatasa.com/post/detail/14619/kisah-ajaibnya-sedekah
Saat itu musim semi, Ibnu Ja’dan pergi keluar rumah untuk melihat unta-unta peliharaannya. Tiba-tiba matanya tertumbuk pada unta betina miliknya yang bertubuh gemuk dan siap diperah susunya. Ketika ia mendekat, tampaklah olehnya anak unta tengah menikmati susu deras yang keluar dari kantong susu induknya.
Di tempat bernbeda, ia melihat unta betina lain sedang dibuntuti oleh anaknya. Seketika terbayang di pelupuk matanya keadaan tetangga di sebelah rumahnya yang memiliki 7 orang anak, tapi kondisi ekonominya sangat memprihatinkan. Ibnu Ja’dan berkata pada dirinya sendiri, “Demi Allah, saya akan menyedekahkan unta ini bersama anaknya, kepada tetanggaku”.
Maka dibawalah unta tersebut berikut anaknya kepada tetangga. Dia mengetuk pintu sambil berucap salam. Begitu pintu terbuka dan tuan rumah melongokkan kepalanya, Ibnu Ja’dan berkata, “Ambillah unta betina ini, sebagai hadiah dariku untukmu”. Tiada sepatah katapun keluar dari bibir lelaki itu karena saking senangnya. Hanya dari wajahnya terpancar rasa syukur dan kegembiraan luar biasa. Di hari-hari berikutnya ia dan ketujuh anaknya tidak pernah lagi kelaparan, karena unta betina itu menghasilkan susu yang teramat berlimpah dan sepertinya tidak pernah habis meski diperah setiap hari. Lelaki itu juga memelihara anak unta itu dengan baik dan menunggu hingga besar untuk dijual. Dan dengan unta itu Allah memberikan kesejahteraan kepada keluarga itu.
Musim semi pun berakhir, berganti dengan musim panas. Dimana-mana terjadi tanah retak dan terbelah. Orang-orang pedalaman sibuk mencari air minum di sumur.
Suatu hari Ibnu Ja’dan mencari air ke sumur bersama anak-anaknya. Karena kemarau, dan air hampir kering, Ibnu Ja’dan terpaksa masuk ke dalam sumur yang sempit dan gelap, sementara anak-anaknya menunggu di atas. Entah mengapa, Ibnu Ja’dan tidak lagi naik ke atas. Satu dua hari berlalu,anak-anaknya tetap menunggunya. Tapi pada hari ketiga, mereka mulai putus asa dan memutuskan untuk pulang.
Mereka semua memang mengharap ayah mereka meninggal karena mereka ingin segera membagi harta peninggalannya. Setiba di rumah mereka langsung membagi harta warisan. Tiba-tiba mereka ingat kepada unta betina yang diberikan oleh ayahnya kepada tetangga sebelah. Mereka bergegas mendatanginya dan berkata, “jika kamu ingin selamat, kembalikan unta betina yang diberikan ayah kepadamu dan terimalah unta jantan ini. Jika kamu tidak mau akan kami ambil semuanya hingga kamu tidak mendapatkan apa-apa lagi.”
“Apakah kamu tidak takut jika hal ini kuadukan kepada ayahmu? Ancam si tetangga miskin itu. “Silahkan saja kamu adukan, ayah sekarang sudah mati, jawab anak tanpa perasaan”. “Meninggal? Mengapa saya tidak tahu dan bagaimana dia bisa meninggal?”. “Dia masuk ke dalam sumur di padang pasir dan tidak keluar lagi”. “Kalau begitu tolong tunjukkan lokasinya dan ambillah unta betina ini. Saya juga tidak menginginkan unta jantan yang kamu bawa.”
Setelah anak durhaka itu menunjukkan lokasi sumur tersebut, tetangga miskin itu bergegas menuju ke sana. Dia segera mengikatkan tali ketubuhnya dan tali yang lain diikatkan pada sesuatu di luar sumur. Dengan hati-hati ia memasuki sumur itu. Secara samar ia mendengar rintihan. Saat sampai dipermukaan tanah, tangannya bersentuhan dengan seseorang dan ternyata masih bernafas. Lelaki itu adalah Ibnu Ja’dan.
Beberapa hari kondisi Ibnu Ja’dan mulai membaik dan anak-anaknya belum mengetahui hal itu. Karena penasaran, sang tetangga menanyakan keajaiban apa yang terjadi hingga beliau bisa bertahan hidup selama sepekan di dalam sumur.
Ibnu Ja’dan menceritakan kisahnya dengan takjub. “Saat saya turun ke dalam sumur, saya terjatuh, tiba-tiba jalan yang harus saya lalui terbelah. Kemudian saya berujar pada diri sendiri, “Saya akan tetap tinggal di air tempat saya mengambil minum.” Dan selama di dalam, saya hanya minum air yang ada di situ tanpa makanan sedikitpun. Berhari-hari saya di situ hingga airnya kering. Namun rasa lapar begitu mendera, hingga saya tidak kuat lagi dan hanya pasrah. Tiba-tiba saya merasakan ada tetesan susu mengalir di mulutku.
Saya sudah mulai bisa duduk. Dan tiba-tiba lagi dalam kegelapan ada wadah mendekat di mulutku. Saya meminum susu dari wadah sampai puas. Begitulah, wadah itu datang tiga kali dalam sehari. Tapi, dalam dua hari lalu wadah itu tidak muncul-muncul lagi dan saya tidak tahu sebabnya.”
Tetangga itu mengatakan, “anak-anakmu mengira kamu telah meninggal dan mereka mengambil unta betina yang dulu engkau berikan kepadaku, padahal demi Allah, engkau boleh mempercayainya atau tidak dari unta itulah Allah memberimu minum susu selama di dalam sumur. Sesungguhnya seorang muslim berada dalam naungan sedekahnya.”
Subhanallah, sesungguhnya wadah berisi susu itu terhenti bertepatan dengan diambilnya unta betina itu dari tangan si miskin.
0 comments:
Post a Comment